AYO ! Berbagi Sarapan

Semenjak lepas dari dunia kerja, semakin hari semakin menumpuk perasaaan di dada ini. Dengan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang ada, apa yang sudah aku berikan pada sesama? Bukankah Nabi sendiri berkata, “Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” ?

Walaupun kecil, mulailah.

Walaupun sedikit, berbagilah.

Walaupun tak punya, cukupilah.

Manusia yang kaya adalah mereka yang merasa dirinya cukup. Walaupun ironisnya, sebagian besar manusia yang rajin bersedekah adalah yang dekat dengan kesederhanaan. Sedekahnya berproporsi imbang dengan pendapatannya. Sementara sebagian besar kaum berpunya malah tak pernah merasa perlu untuk berbagi.

Kita berbagi karena kita ingin berbahagia. Dengan memberi, kita semakin kaya.

 

Pagi itu, di saat matahari baru bersinar malu-malu, kami berangkat menyusuri jalanan kota Bandung. Mencari siapa orang-orang yang akan membahagiakan kami hari ini. Satu demi satu bungkusan nasi kuning berlauk sederhana ditambah kerupuk berpindah tangan, sebagaimana kebahagiaan pun berkembang dalam hati kami. Melihat senyum malu-malu bapak penarik becak yang kulitnya berkeriput di Cihapit, maupun senyuman di bibir pengemis buta di jalan Andir, membuat kami bersyukur pagi itu kami pergi ke sana.

Tak ada yang berkurang saat kita berbagi. Yang ada hanyalah bertambah, dan kebahagiaan kita berpindah dari benda-benda menjadi jiwa.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *